Cari Blog Ini

Poinha Meishu Family

Powered By Blogger

Senin, 02 Mei 2011

SISI GELAP DI BALIK HARDIKNAS (Hari Pendidiakan Nasional)

Pedoman Guru Memukul Murid

Bolehkah seorang guru memukul muridnya? Meskipun untuk mendidik?

Pertanyaan ini menggelitik hari-hari ini, seiring gencarnya pemberitaan bahwa ada seorang guru matematika (guru, benar-benar guru, bukan oknum), yang memukul siswanya di Gorontalo (?). Sebetulnya kejadiannya sudah sebulan yang lalu, dan mungkin sudah dilupakan, tapi mencuat lagi gara-gara videonya ditayangkan terus menerus oleh stasiun televisi. Guru tersebut, kabarnya dipindahkan ke lain sekolah. Yang menggelitik saya adalah, apakah boleh seorang guru memukul muridnya? Saya kok berpendapat boleh-boleh saja. Alasannya?

Pendapat bahwa semua bentuk benturan fisik adalah kekerasan dan karenanya melanggar hukum perlu dikoreksi. Tidak semua demikian. Semua bentuk bela diri jelas perlu benturan fisik dalam latihannya. Dalam film-film shaolin acapkali seorang guru menghajar muridnya. Dalam ranah rumah tangga, bahkan Islam “membolehkan” seorang suami memukul isterinya bila sang isteri melakukan nusyuz atau persekongkolan atau pengkhianatan. Tentu tidak langsung dihukum pukul, melainkan ada beberapa tahapan sebelumnya, yaitu mendiamkan dan berpisah tempat tidur. Seorang Nabi yang sedang diuji Allah dengan penyakit lalu sang isteri meninggalkan dirinya, berkata dalam keadaan marah bahwa ia akan memukul isterinya bila sudah sembuh. Ketika ia sudah sembuh, ia bingung bagaimana akan melaksanakan hukuman itu. Allah menyuruhnya mengikat seratus lidi dan memukul isterinya satu kali dengan kumpulan lidi itu. Hukuman pun sudah dilaksanakan. Bahkan seorang ayah “berhak” memukul anaknya untuk mengajari sholat, bila sang anak tidak melaksanakan shalat ketika umur 10 tahun.

Dari berbagai paparan diatas, saia kok berpendapat bahwa seorang guru boleh memukul muridnya dalam keadaan tertentu, dengan mengambil ibarat bahwa guru di sekolah sebagai pengganti orang tua sang murid. Namun harus dicermati, bagaimana dan apabila sang guru boleh memukul muridnya.

Ini pedoman singkat bagaimana guru memukul murid:

1. Kesalahan sang murid harus setara dengan meninggalkan shalat atau seperti isteri yang melalaikan kewajiban rumah tangganya. Apa saja perilaku murid yang setara dengan kesalahan besar seperti itu? Bolos? Gaduh di kelas? Tidak bikin pe-er? Ngejailin temannya? Berbohong? Nyontek? Ngasih permen karet di kursi sang guru? Menyembunyikan tas guru?
Menurut saia, itu belum setara. Jadi apa dong? Ya entahlah.
2. Memukul tidak boleh sampai berbekas, tidak boleh pada daerah yang sensitif seperti kepala, leher, daerah kemaluan, perut, ulu hati, dada, punggung dan tulang kering.
3. Memukul murid tidak boleh seperti memukul lalat atau nyamuk, apalagi seperti Jet Li, melainkan seperti Jackie Chan (lho sama aja to) tapi yang dislow motion lebih lambat 100 kali.
4. Sebelum memukul, pandanglah wajah murid dan bayangkan bahwa ia adalah anak anda, yang hilang bertahun-tahun di belantara ibukota gara-gara anda melupakannya ketika anda turun dari kereta.
5. Ini yang paling penting, setelah memukul, ketika anda sedang sendirian dan duduk di depan cermin, kembalikan pukulan yang anda terima tadi kepada diri anda, berlipat sepuluh kali sambil katakan, bahwa murid anda memang salah, tapi kesalahan anda lebih besar lagi.

Jadi, bapak-bapak ibu-ibu guru, jangan takut memukul murid. Bila anda-anda mengikuti pedoman diatas, saia yakin, anda tidak akan dimutasi, ditegur, atau diekspos media massa.

chat

Pengikut